Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Tradisi Membilang Hari Di Desa Munsalo Kopah Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi

Main Article Content

Yumita
Ahmad Rivauzi

Abstract

Tradisi membilang hari merupakan adat istiadat di desa Munsalo yang diselenggarakan ketika ada 1 (satu) orang atau lebih meninggal dunia, sedangkan tetangga atau masyarakat yang tinggal disana berbondong-bondong untuk menghadiri tradisi membilang hari dirumah duka. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Proses pelaksanaan membilang hari diselenggarakan Tradisi ini sudah muncul sejak lama dan tradisi ini terus berlanjut hingga sekarang bagi masyarakat. Membilang hari merupakan adat istiadat yang perlu dilestarikan,  kegiatan ini dilakukan untuk mendikan arwah yang meninggal dan menjalin silaturahmi kepada sanak saudara. Membilang hari inj memiliki makna yaitu untuk mendoakan arwah yang telah lama meninggal dan yang baru meninggal. Tujuan dalam membilang hari ini yaitu untuk mengingatkan tentang kematian bagi yang masih hidup agar mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kemudian membilang hari ini sudah disepakati oleh ulama,  tokoh adat dan agama serta cendikiawan yang ada di kenegrian kopah. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan membilang hari yaitu niali syukur  niai silaturahmi, dan nilai ibadah.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Yumita, & Ahmad Rivauzi. (2022). Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Tradisi Membilang Hari Di Desa Munsalo Kopah Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah, 1(5), 629–639. https://doi.org/10.56799/jceki.v1i5.792
Section
Articles

References

Abdurrahman al-Maliki. (2002). As-Siyâsah al-Iqtisadiyah al-Musla (Politik Ekonomi Islam). Bangil: Al-Izzah, alih bahasa Ibnu Sholah

Abi Aufa, A. (2017). Memaknai Kematian Dalam Upacara Kematian Di Jawa. An-Nas, 1(1).

Ahmad Munif Suratmaputra. (2002). Filsafat Hukum Islam Al-Ghazali. Jakarta: Pustaka Firdaus

Amin, S. M. (2020). TRADISI HAUL MEMPERINGATI KEMATIAN DI KALANGAN MASYARAKAT JAWA (KAJAN ANTROPOLOGI). Manarul Qur’an: Jurnal Ilmiah Studi Islam, 20(2).

Ansory, Isnan. 2019. Pro kontra Tahlilan dan Kenduri kematian. Jakarta:Rumah Fiqih Publishing.

Ash-Shufi, Mahir Ahmad. (2007). Misteri Kematian dan Alam Barzakh. (terj.). Solo: Serangkai

Busro, B. (2019). Ritual siklus kehidupan di Cirebon.

Damayanti, T. (2019). Tradisi Brobosan Dalam Upacara Kematian Masyarakat Jawa Di Kelurahan Rajabasa Raya Kecamatan Rajabasa Kota Bandarlampung.

Dhewi, R. F. (2016). Mantra Dalam Kenduri Kematian Masyarakat Jawa Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi.

Fadhilah, N. (2016). Nilai-Nilai Pendidikan Sosial Dalam Tradisi Sedekah Kematian Di Dusun Pekodokan Desa Wlahar Kecamatan Wangon Banyumas (Doctoral dissertation, IAIN Purwokerto).

Fadillah, M. N., Anwar, H., & Zainab, S. (2020). Tradisi Kenduri Kematian di Desa Kampung Baru, Kabupaten Katingan. Syams, 1(2).

Faizah, K. (2018). Kearifan Lokal Tahlilan-Yasinan Dalam Dua Perspektif Menurut Muhammadiyah. Aqlam: Journal of Islam and Plurality, 3(2).

Fauzi. (2017). Akulturasi Dalam Penyelenggaraan Kenduri Kematian Di Desa Pondok Beringin Kabupaten Kerinci Satu Kajian Deskriptif. Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Hukum, 15.1.

Fauzie Nurdin. (2010). Integralisme Islam dan Budaya Lokal Relevansi Nilai-Nila Filosofis Kebudayaan Bagi Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Gama Media.

Fuad, A. J. (2019). Tlatah Dan Tradisi Keagamaan Islam Mataraman. TRIBAKTI: Jurnal Pemikiran Keislaman, 30(1).

Hari Poerwanto. (2008). Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektip Antropologi. Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hasmira, 2017.“Makna Perayaan Kematian (Studi Fenomologi Masyarakat Jangguara terhadap Tradisi “Mangdoja” di Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang).Skripsi. Makassar:UIN Alauddin