Resiliensi Pasca Perceraian Pada Perempuan Di Usia Muda
DOI:
https://doi.org/10.56799/peshum.v3i3.3420Keywords:
Perceraian, Resiliensi, Usia MudaAbstract
Berakhirnya hubungan pernikahan pada perempuan di usia muda menimbulkan dampak psikologis, sikap penolakan dan perubahan pada diri hingga pada tekanan sosial. Resiliensi dibutuhkan individu agar mampu bangkit dari kondisi terpuruk akibat dampak negatif perceraian. Penelitian ini berfokus mengetahui pemaknaan perceraian dan gambaran resiliensi pada perempuan di usia muda. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Responden penelitian berjumlah tiga perempuan dengan status cerai di usia 18-25 tahun. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara. Hasil analisis data menunjukkan bahwa responden memaknai perceraian secara positif sebagai bentuk pembelajaran diri di masa depan dan negatif, yaitu sebagai perkara yang menyakitkan, memalukan, kegagalan pernikahan, dan solusi akhir dalam penyelesaian masalah problematika pernikahan. Responden melakukan berbagai upaya dalam mencapai resiliensi, yaitu dengan menumbuhkan pikiran positif dalam diri, upaya beradaptasi dan menerima kondisi diri dengan mengelola perasaan maupun emosi, menyibukkan diri dengan aktivitas positif, dan adanya dukungan sosial dalam bentuk motivasi, nasihat dan pembelaan. Implikasi dalam penelitian ini memberikan gambaran pemaknaan perceraian, dampak dan resiliensi perempuan pasca bercerai di usia muda agar mampu bangkit dari keterpurukan.
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Sarmila, Eva Meizara Puspita Dewi, Harlina Hamid
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.